× -bahasa-

×

view_list1.png Artikel     view_masonry.png Galeri     view_list2.png Video    
×
  • url:
×
×
×
9 0 0 0 0 0
9
   ic_mode_light.png

MENIKAH DENGAN DOSEN Part 1-16

Judul: MENIKAH DENGAN DOSEN
Cast: Kim Taehyung x Lee Jena
Genre: Komedi - Mature? - Drama - Romance - Konflik


Prolog+Part.1. . .


Kim Taehyung : Pria tampan berusia 26 tahun. Ia adalah salah satu dosen di Universitas Bright in Seoul yang sangat terkenal. Parasnya yang tampan membuat banyak para gadis tertarik dengannya. Walaupun masih muda, ia sudah mendapat banyak penghargaan dan menjadi seorang dosen merupakan cita-citanya. Taehyung mengambil mata kuliah Biologi.
Kini, ia sudah menikah dengan seorang gadis bernama Lee Jena. Pernikahan tanpa cinta dan terjadi hanya karena kesalahpahaman.
2 bulan yang lalu, saat pulang dari kampus. Taehyung melihat Jena sedang di kejar beberapa orang pria, yang ingin melecehkannya. Taehyung menolong gadis itu dan bersembunyi di semak-semak. Tapi sayangnya, perbuatan baiknya itu malah membuatnya di tuduh ingin melecehkan Jena. Ia di paksa untuk menikahi gadis itu.
Jena tidak buka suara, ia hanya menangis. Walaupun sudah menjelaskan kejadian sebenarnya, tetap saja tidak ada yang percaya. Dengan berat hati Taehyung harus menerima pernikahan itu.
Jena masih berusia 18 tahun. Dia gadis yang keras kepala tapi kadang lembut. Suasana hatinya tidak bisa di tebak karena selalu berubah-ubah.
. . .
Pukul 06:00 pagi...
[KEDIAMAN TAEHYUNG]
"Jena, hoy! Bangunlah. Ini sudah pagi!" goyangan pelan di bahu Jena membuat gadis itu terbangun.
"Eungh.. Bentar lagi pak,"
"Pak, pak, aku bukan bapak-bapak yah! Ayo bangun atau aku siram pake air panas biar melepuh sekalian." omel Taehyung membuat gadis itu segera bangun walaupun ia malas.
Jena bergeser mendekati Taehyung sambil mengalungkan tangannya di leher pria itu. "Morning kiss,"
"Sana, morning kiss aja sama cicak. Udah ayo mandi!" Taehyung melepas kedua tangan Jena lalu pergi begitu saja.
"Hilih, sok jual mahal. Padahal murah juga," gerutu Jena membuat Taehyung kembali menghampirinya.
"Bilang apa barusan?"
"Apa?" sahut Jena berpura-pura polos.
"Awas aja yah, sekali lagi aku denger. Siap-siap aja bibir kamu aku jahit." ucap Taehyung tapi Jena terlihat tidak peduli.
"Nyenyenyenye.."
"Sana mandi!" bentaknya dengan perintah.
"Iya bawel! Udah tua juga."
"APA!!"
Jena terkekeh melihat amarah di wajah suaminya itu. Dengan cepat ia berlari masuk ke dalam kamar mandi.
"Huft.. Sabar Taehyung sabar."
. . .
Skip . . .
Setelah selesai mandi dan bersiap-siap. Jena segera turun untuk sarapan.
Tap!
Tap!
Tap!
"Pak! Bapak!" panggil Jena berteriak. Setelah menikah ia tidak pernah memanggil Taehyung dengan panggilan romantis.
"Aku bukan bapak kamu yah!" sahut Taehyung dari meja makan.
"Yaudah, tas sekolah aku mana? Kok gk ada di kamar?"
"Udah aku buang,"
"Apa!! ITU--"
"Aku udah beliin yang baru. Sana ambil di ruang tengah." ucap Taehyung sambil menunjuk tas kulit yang ada di sofa ruang tengah.
Jena memayunkan bibirnya lalu segera mengambil tas sekolahnya itu.
"Arkhh!!" Jena berteriak karena kaget. Tas kulitnya memang bagus tapi gambarnya yang membuatnya kaget.
"Pak Dosen!! Kok tas aku gambarnya badak sih!" teriak Jena dari ruang tengah.
"Karena yang asli, yang ada badaknya!" sahut Taehyung tertawa lepas melihat Jena yang ingin menangis.
"Gila! Aku gk mau ke sekolah!!"
. . .


Part2


. . .
Jena kembali berlari ke kamarnya karena kesal.
Brak!
Di tutupnya pintu dengan kasar lalu melompat naik ke atas ranjang.
"Ikh! Kesel banget, masa iya aku pake tas gambarnya badak!! Ikh!!" Jena memekik kesal sambil memukul-mukul bantalnya.
Ceklek~~
Pintu terbuka. Tidak ada yang lain, itu Taehyung.
"Kok malah tiduran di kamar? Katanya tadi mau sekolah."
"Gk jadi! Aku gk mau ke sekolah." balas Jena tanpa berbalik menatap Taehyung.
"Ini, ayo pakailah tas badakmu." ejek Taehyung membuat Jena makin kesal.
"Sana pergi!!"
"Kau ini kenapa? Ini tasnya bagus lho. Ada gambar badaknya kan lucu, bukannya hewan kesukaan kamu badak yah?" Taehyung tidak berhenti mengejek istrinya itu. Ia tertawa puas melihat amarah di wajah Jena.
"Sana bodoh! Pergi dari sini!"
"APA?" Taehyung tiba-tiba kesal mendengar ucapan Jena yang mengatainya bodoh. Ia menghempas tas itu ke lantai lalu membalikan tubuh Jena dengan kasar.
"Kau bilang aku bodoh?" tatapan Taehyung yang sinis sama sekali tidak membuat Jena takut. Ia malah menarik Taehyung hingga tubuh pria itu berada di atasnya.
"Kenapa? Kau yang membuatku marah, jadi aku berkata sesuai perasaanku!"
"Terserah!" Taehyung berusaha bangun tapi Jena menahannya. Ia mendorong Taehyung ke sebelahnya untuk mengubah posisi mereka.
Pria itu hanya diam saja sambil menatap wajah Jena yang semakin mendekat padanya. Hidung mereka bersentuhan, nafas Jena benar-benar terasa di wajah Taehyung.
"Bibirmu sangat indah, apa aku boleh merasakannya?"
Gluk!
Taehyung menelan salivanya dengan susah. Ia mendorong gadis itu dan segera bangun.
"Cukup! Jika kau tidak ingin ke sekolah, terserah. Aku harus ke kampus sekarang." Taehyung merapihkan kemejanya lalu pergi begitu saja.
"Ish! Jual mahal banget sih! Aku hanya ingin menciumnya sebentar tapi dia selalu saja menolak!" gerutu Jena kesal. Selama menikah, mereka belum pernah melakukan hubungan suami-istri. Tidurnya memang seranjang tapi hanya tidur biasa, tidak lebih dari itu. Bahkan ciuman saja hanya sekali, itu pun saat upacara pernikahan mereka.
Setiap Jena ingin mencium Taehyung pasti pria itu menolak dan langsung pergi begitu saja.
"Apa nafasku bau yah?" ucap Jena sambil menghembuskan nafas dari mulutnya. "Tidak! Nafasku harum kok, hmm... Aku harus melakukan sesuatu."
Jena diam sejenak dan berpikir bagaimana caranya agar Taehyung mau menciumnya.
"Apa aku kasih dia obat perangsang aja yah?..." jeda Jena kembali berpikir.
"Tidak! Tidak! Nanti bisa-bisa terjadi sesuatu yang tidak di inginkan. Aku kan hanya ingin menciumnya." lanjutnya pelan.
"Hum... Aha! Aku punya ide sekarang," Jena tersenyum jahil. Ia mengangguk-angguk sambil tertawa kecil.
. . .


Part3


. . .
Skip . . .
Pukul 18:00 malam...
Kini Jena sudah bersiap di kamarnya. Ia menunggu Taehyung yang sebentar lagi pulang.
Tap!
Tap!
Tap!
Suara decakan langkah kaki terdengar mendekati kamar.
Ceklek~~
"Aku pulang!"
"Oppa!!" Jena bersikap semanis mungkin. Ia berlari ke arah Taehyung lalu mengambil tas kerjanya.
"Ada apa denganmu?"
"Oppa capek kan? Ayo duduk dulu." Jena menarik Taehyung ke tepi ranjang sambil melepaskan dasi dan sepatunya.
"Jena-ya, kau ini kenapa? Apa kau sakit? Atau otakmu hilang?" tanya Taehyung heran. Pasalnya Jena tidak seperti biasa, bahkan dia memanggil Taehyung dengan sebutan oppa bukan bapak lagi.
"Oppa tunggu di sini yah, aku ambilin minum dulu." ucapnya segera berlari ke dapur meninggalkan Taehyung dengan wajah penuh tanya.
. . .
Tap!
Tap!
Tap!
Jena menuruni anak tangga dengan cepat lalu menuju ke dapur.
Di ambilnya sebotol wisky dengan kadar alkohol yang cukup tinggi lalu di tuangkannya pada sebuah gelas. Tadi siang Jena membeli wisky itu.
. . .
Setelah selesai dengan pekerjaannya, Jena langsung buru-buru ke kamarnya.
Ceklek~~
"Oppa, ini minumanmu." ucap Jena sambil menyodorkan minuman itu.
"Apa ini?"
"Em, ini soda. Aku membelinya tadi siang di luar,"
Tanpa rasa curiga sama sekali, Taehyung langsung meminum alkohol tersebut.
"Arkhh... Kenapa rasanya seperti ini?" tanya Taehyung mengerutkan alisnya. Selama hidup ia belum pernah meminum alkohol karena baginya kesehatan tubuh itu sangat penting.
"Itu soda keluaran terbaru, jadi rasanya sedikit kuat." ucap Jena pelan.
Alkohol itu terlihat mulai bekerja, Taehyung meletakan gelas yang ia pegang ke atas nakas.
"Akh..." pria itu terbaring dengan kesadaran yang mulai perlahan hilang.
"Yes! Saatnya beraksi!" batin Jena merangkak naik ke atas ranjang.
"Oppa..." suara lembut Jena hanya bisa di balas dengan tatapan sayu Taehyung. Gadis itu mulai mendekatkan wajahnya sambil mengelus rahang Taehyung pelan.
"Eungh..."
"Sebenarnya aku tidak ingin memanggilnya oppa, itu terasa aneh. Tapi aku hanya akan memanggilnya malam ini saja,"
Gadis itu tersenyum menang. Tanpa menunggu lama lagi, ia langsung menyatuhkan bibirnya dengan Taehyung.
"Mphh..."
Merasakan aktivitas panas di bibirnya. Taehyung berusaha membuka matanya dan membalas setiap lumatan yang di berikan Jena.
"Sangat manis tapi ada rasa alkoholnya." ucap Jena membatin.
Makin lama, ciuman itu makin liar saja. Jena sedikit kewalahan menerima hasrat yang di berikan Taehyung.
"Mphhh..." tubuh mereka ikut memanas dan tangan Taehyung mulai menyusuri paha mulus Jena. Merasakan sentuhan itu makin naik, Jena langsung mendorong suaminya itu agar menjauh.
"Sudah.. Sudah cukup! Aku.. Aku hanya ingin ciuman tidak lebih." ucap Jena gelagapan tapi pria itu sepertinya sudah terlelap.
"Aku suka bibirnya," gumam Jena kembali mendekati Taehyung.
. . .
Skip . . .
Keesokkan paginya. Taehyung terbangun dan sedikit kaget, pasalnya sekarang Jena ada di pelukannya.
"Apa semalam aku tidur memeluk anak badak ini?" gumam Taehyung berusaha mengingat tapi kepalanya terasa sakit.
"Dia manis juga saat tertidur." Taehyung mendekatkan wajahnya perlahan dan berniat memberi kecupan pada bibir Jena.
"Bapak mau nyium aku yah?"
"Akhh!!" Taehyung terkejut hingga jatuh dari atas ranjang. Bibir mereka baru saja ingin menyatuh tapi karena Jena yang tiba-tiba membuka matanya membuat Taehyung benar-benar kaget.
"Awkh!"
"Ayo ngaku, bapak mau nyium aku kan? Ayo ayo." goda Jena tapi Taehyung hanya diam memegangi belakangnya yang sakit akibat terjatuh.
"Cih! Kepedean! Aku gk tertarik nyium moncong badak yah."
"APA!!"
Taehyung terkekeh dan bergegas ke kamar mandi, sedangkan Jena terlihat kesal seperti ingin memukulnya.
"Enak aja ngatain mulut aku kek badak. Dasar keledai jantan!" kesal Jena sambil memayunkan bibirnya.
. . .


Part4


. . .
Taehyung menanggalkan pakaiannya hingga hanya tersisah celana dalamnya saja. Ia memandangi wajahnya pada pantulan cermin.
"Kenapa bibirku terlihat tidak seperti biasa?" ucap Taehyung sambil mengusap bibirnya yang sedikit lebih tebal dari ukuran biasanya.
"Apa ini perbuatan Jena? Wah.. Gadis itu memang meresahkan." Taehyung mengambil handuk lalu melilitkannya pada pinggangnya.
Ia berjalan cepat keluar dari kamar mandi.
Brak!
"Ya!! Apa yang sudah kau lakukan padaku semalam!!" tanya Taehyung penuh penegasan tapi Jena hanya menatapnya datar dari atas ranjang.
"Aish! Kau--"
"Aku menciummu, kenapa?" potong Jena dengan santainya.
"Apa!! Kau benar-benar mesum! Kenapa kau menciumku!!"
"Yah bapak kan gk mau nyium aku, yaudah aku pake cara lain biar bisa ciuman sama bapak."
Taehyung menggelengkan kepalanya. Ia sangat geram mendengar jawaban Jena itu.
"Aish! Aku akan memberimu pelajaran." Taehyung berjalan mendekati Jena tapi tiba-tiba handuknya melorot dan jatuh ke lantai.
Deg...
Taehyung terdiam mematung sedangkan Jena bukannya berteriak, ia malah terus memandangi tubuh Taehyung dengan saksama.
Gluk!
"Wow.."
Melihat ekspresi Jena yang aneh membuat Taehyung buru-buru memakai handuknya.
"A-apa yang kau lihat!! Dasar mesum!!" ucapnya gelagapan lalu segera kembali ke kamar mandi.
. . .
Jena masih diam saja. Ia tak percaya barusaja melihat pemandangan yang sangat langkah tepat di hadapannya.
"Gila! Ternyata punya pak dosen besar juga yah." gumam Jena sambil menatap area bawahnya. "Kira-kira muat gk yah?"
Entahlah sekarang pikiran gadis itu sedang melayang-layang.
"Akh! Sial! Sadar Jena sadar!!" Jena memukul kepalanya sendiri untuk mengembalikan kesadarannya.
"Kok aku jadi penasaran yah, gimana bentuknya? Aku mampu nahan gk yah? Wah... Pak dosen meresahkan!" gumam Jena sambil menggigit bibir bawahnya.
. . .
Skip . . .
Setelah selesai bersiap dan sarapan. Taehyung langsung mengantar Jena ke sekolahnya.
Pip... Pip... Pip..
"Ayo sana turun! Belajar yang bener, jangan rayu guru kamu. Inget! Aku bayar uang sekolah kamu itu--"
"Iya iya! Diam bawel!" potong Jena sinis.
"Yaudah, sana keluar!"
Jena memutar bola matanya lalu keluar dari mobil suaminya itu.
Dap!
Di tutupnya pintu mobil dengan kasar lalu berlari masuk ke kompleks sekolah.
. . .
"Huftt... Males banget sekolah!" gerutu Jena sambil menendang-nendang rumput.
"Ikan gepeng!!" panggil seseorang dari belakang Jena.
Gadis itu berbalik menatap seorang pria yang berlari ke arahnya.
Grep!
Barusaja berpelukan tapi Jena langsung mendorong pria itu.
"Apa sih! Gk usah Peluk-peluk!"
"Yah kangenlah, emang kamu gk kangen sama aku?" tanyanya. Ia Beomgyu, Sahabat kecil Jena dan mereka selalu bersama seperti saudara kandung.
"Ish! Ayo ke kelas."
"Em tunggu," tahan Beomgyu.
"Apa lagi?"
"Bagaimana suamimu? Apa dia sudah romantis?"
"Cih! Jangan bicarakan dia. Lagipula, kami memang berstatus menikah tapi kami tidak saling mencintai." ketusnya.
"Ah... Tapi--"
"Sudahlah! Apa Ice Rabbitku sudah datang sekolah?"
"Hum, dia datang kemarin tapi kau tidak datang."
"Yasudah, ayo kita ke kelas sekarang!" Jena beranjak pergi tapi lagi-lagi Beomgyu menahannya.
"Apa lagi??"
"Jena-ya, apa kau masih ingin mengejar pria itu? Kau kan sudah menikah. Lagipula dia juga sudah menolakmu 5 kali, dan--"
"Udah cukup! Aku harus mendapatkannya dulu, baru aku akan berhenti mengejarnya." smirk Jena sambil berlari meninggalkan Beomgyu.
"Apa maksudnya? Ia ingin mendapatkan apanya?" gumam Beomgyu berpikir keras.
. . .


Part5



Skip . . .



Kini pelajaran pertama sudah di mulai. Jena tidak fokus belajar, ia terus melirik pria yang selalu di panggilnya Ice Rabbit. Pria itu adalah ketua osis di sekolahnya dan mereka juga teman sekelas.



"Huftt... Bagaimana caranya agar aku bisa mendapatkannya?" gumam Jena pelan.



"Jungkook, ayo selesaikan soal di depan." ucap bu guru dengan perintah. Jena kembali menoleh dan menatap pria itu. Namanya Jeon Jungkook. Dia pria yang sangat tampan tapi juga dingin.



Jungkook berdiri dari tempat duduknya lalu maju ke depan untuk mengerjakan soal yang di berikan bu guru.



KRING!!

lonceng berbunyi pertanda pelajaran berakhir dan waktunya untuk istirahat.



Semua siswa/siswi berlarian keluar dan hanya tersisah Jena dan Beomgyu saja.



"Dimana dia? Ya! Kukang, apa kau melihat ice rabbitku?"



Beomgyu menggeleng dengan malas. "Kenapa kau tanya padaku? Apa matamu sudah katarak?"



"Ish! Nyebelin banget sih!" Jena menghentakan kakinya dan berlari keluar mencari Jungkook.



. . .



Semua tempat sudah ia kunjungi, mulai dari rooftop sampai ke kantin, tapi Jungkook tetap tidak ada di sana.



"Huft.. Kenapa para pria sangat sulit untuk di temukan? Apa itu kebiasaan mereka? Selalu menghilang!" gerutu Jena kesal. "Aish! Aku lupa, satu tempat lagi. Dia pasti ada di sana!"



Jena kembali berlari dan segera menuju ke perpustakaan. Ia sangat yakin kalau Jungkook ada di sana.



Tap!

Tap!

Tap!



Benar saja. Pria itu sedang sibuk memilih buku yang ada di rak. Jena merapihkan pakaiannya lalu mendekati pria itu.



"Annyeong!"



Jungkook hanya diam. Ia bahkan tidak menghiraukan sapaan Jena.



"Hello! Sawadikap! Woy!"



"Kau butuh sesuatu?" Jungkook berbalik dengan tatapan dinginnya.



"Em.. Kau.. Kau sudah makan?"



"Bukan urusanmu." Jungkook berlalu pergi begitu saja tapi Jena tak mau menyerah dan berusaha mengejarnya. Karena tidak memperhatikan jalan, ia tersandung pada tumpukan buku di lantai.



Bhuk!



"Awkh!"



Jungkook berbalik dan kembali menghampiri gadis itu. "Kau baik-baik saja?"



Jena terlihat meringis dan lututnya memar.



"Ayo, aku akan membawahmu ke UKS." ucapnya sambil membopong gadis itu.



Jena tersenyum menang. Sepertinya ini waktu yang tepat untuk melancarkan aksinya.



. . .



Ceklek~~



Jungkook mendudukan Jena di tepi ranjang lalu mengambil salep untuk mengobati luka memarnya.



"Akh.."



"Sakit?"



"Hum!" Jena mengangguk dan terus memperhatikan bibir Jungkook yang sangat menawan.



"Sudah, nanti memarnya akan perlahan hilang. Aku akan pergi sekarang." Jungkook bangkit dan beranjak pergi tapi Jena menahannya. Di tariknya pria itu ke atas ranjang hingga ia terduduk paksa.



"Jungkook-ah, kenapa kau menolakku hah? Apa aku tidak menarik bagimu?" Jena mendekati pria itu dengan tatapan sayunya. Suaranya yang lembut dan tangannya asik mengelus dada bidang milik Jungkook.



Jungkook masih diam menerima perlakuan Jena. Jujur, sebenarnya tubuhnya bergidik dan sudah pasti tegang. Ia hanya pria biasa, mana mungkin tidak bereaksi dengan sentuhan gadis di depannya ini.



"Jena-ya, kau ini kenapa? Aku sudah bilang. Aku tidak tertarik dalam dunia percintaan, jadi menepihlah dari hadapanku." Jungkook menepis tangan Jena tapi gadis itu kembali meremas krak baju miliknya.



"Aku juga bisa kasar. Kau ingin melihatnya?" Jena melepas kuncirannya hingga rambutnya terurai, itu menambah aura sexy di wajahnya.



"Apa aku terlalu berlebihan? Ah.. Sudahlah, aku harus mendapatkan pria ini dulu." ucap Jena membatin.



. . .

Part6


. . .

Gluk!
Jungkook menelan salivanya dengan susah. Ia tidak bisa menahan godaan itu lagi.

"Kau mau?" tanya Jena selembut mungkin. Ia bergeser mendekat sambil tersenyum menatap Jungkook.

Bhuk!
Jungkook terbaring tanpa perlawanan, akibat dorongan Jena. Entahlah, sekarang pikirannya sudah tidak jernih lagi. Ia ingin sesuatu yang lebih dari Jena.

"Cih! Ternyata menggoda pria itu sangatlah mudah, wah... Aku tidak percaya ini!" ucap Jena membatin. Ia ikut berbaring menindih tubuh Jungkook dan sebelah kakinya berada di antara kedua kaki pria itu.

"Mphhh..." tak perluh menunggu lama. Jena langsung melancarkan aksinya. Ia mengecup bibir pria itu dan sedikit menyesapnya.

"Anghh.." desahan keluar dari bibir Jungkook, pasalnya Jena tanpa sengaja menggerakan kakinya hingga menyentuh area bawah pria itu.

"M..maaf,"

Jungkook tersenyum dan mengganti posisi mereka. Ia kembali melumat bibir Jena sambil saling bertukar saliva.

"Mphh... Eumhh.."

Jena sedikit kaget dengan sikap Jungkook yang dingin tiba-tiba berubah panas seperti itu.

Makin lama, ciuman itu makin tak terkendali. Kedua kaki Jena menekuk hingga roknya tersingkap ke atas dan menampakkan short hitamnya.

"Aish! Aku tidak ingin lebih dari ciuman. Aku harus menghentikan ini," ucapnya membatin. Ia berusaha melepas pangutan mereka tapi pria itu terus memperdalam ciumannya.

Tangan Jungkook pun mulai nakal lalu turun dan mengelus area feminin Jena.

"Ahhh... Jung, apa yang.."

"Diam saja," bisik nya sambil memainkan jarinya dengan pelan.

"Ahhh.. Sial! Aku harus bagaimana sekarang? Ternyata pria ini lebih liar dari yang ku bayangkan." batin Jena ingin merapatkan pahanya tapi Jungkook makin menekan area feminimnya hingga ia meracau tak karuan.

"Ahhhh..."

KRING!!!
lonceng berbunyi. Pertanda pelajaran kedua akan segera di mulai.

Jungkook menghentikan aktivitasnya sambil menatap Jena.

"Su-sudah masuk! Minggir!" gadis itu mendorong Jungkook lalu merapihkan pakaiannya. Ia benar-benar legah karena bunyi lonceng menyelamatkan kesuciannya.

"Aku pergi," Jena beranjak keluar tapi Jungkook menahannya. Di tariknya gadis itu ke hadapannya.

"Ini belum berakhir. Kau yang memulai semua ini, jadi jangan harap aku akan melepaskanmu." ucap Jungkook membuat kedua mata Jena membulat.

"Hahahaha pasti becanda kan?" Jena berpura-pura tertawa dan berlari meninggalkan Jungkook.

"Kau akan menyesal karena sudah mengajakku seperti ini."

. . .

Skip . . .

Jena terus berlari hingga dari kejauhan ia melihat Beomgyu yang baru saja dari kantin.

"Beomgyu! Sayangku!" teriaknya segera menghampiri pria itu.

"Kau--" belum sempat berucap, Jena langsung menariknya menuju ke bawah tangga rooftop.

. . .

"Ya! Kau ini kenapa?"

"Astaga demi kerang!! Kau tau, aku sudah mendapatkannya!! Akh!!!" Jena berteriak kegirangan tapi Beomgyu masih tidak mengerti.

"Siapa? Apa yang kau dapatkan?"

"Em, kau tau? Aku baru saja berciuman dengan Jungkook."

"APA!!"

"Eoh! Aish, aku benar-benar tidak percaya! Tapi dia menyentuhku juga." ucap Jena sambil menggembungkan kedua pipinya.

"Jena-ya, apa kau sudah tidak waras? Kenapa kau lakukan itu! Astaga demi elsa projen." Beomgyu terlihat frustasi sedangkan Jena hanya senyum-senyum tak jelas.

"Em, kau tau kan... Aku sudah mengejarnya dari kelas 1 SMA. Aku menembaknya 5 kali tapi dia tidak mau menerimaku, jadi ciuman ini aku anggap sebagai hadiah untuk perjuanganku saja. Dan aku juga sudah tidak mencintainya, kau tidak perluh khawatir." jelas Jena pelan.

"Huft... Jena-ya, kau hanya akan membawah masalah dalam hidupmu. Kau bilang tadi dia menyentuhmu, di bagian mananya?" tanya Beomgyu risau.

"Bawah.." bisik nya di telinga Beomgyu.

"APA! Kau--"

"Sthh, dengarkan aku dulu. Aku tidak tau kalau itu akan terjadi, aku pikir dia kan Dingin jadi mana mungkin dia bisa liar tapi ternyata..." Jena menjedah ucapannya membuat Beomgyu makin penasaran.

"Ternyata apa!?"

"Em, dia sangat liar."

"Astaga, Ya! Bagaimana jika suamimu tau semua ini? Dia pasti akan sangat marah padamu."

"Em, aku tau. Tapi kau kan sahabatku, jadi jangan beri tau yah pliss.." pintah Jena sambil menarik-narik seragam Beomgyu.

"Baiklah, tapi jangan lakukan hal gila itu lagi. Kau mengerti?"

"Hum! Aku tidak akan melakukannya lagi. Aku janji!" balas Jena mengangguk.

"JENA!!"

Gadis itu membulatkan matanya saat mendengar suara serak yang memanggilnya. Itu Jungkook.

Dengan cepat ia menarik Beomgyu untuk bersembunyi dari pria itu.

"Kenapa dia mencariku?" ucap Jena membatin.

. . .

part7


. . .
"Ya! Dia men--" lagi-lagi ucapan Beomgyu terhenti karena Jena membekap mulutnya dengan kasar.
"Sthh... Itu Jungkook, aku bingung kenapa dia mencariku." bisik Jena pelan.
Beomgyu diam sejenak dan menepis tangan Jena dari mulutnya.
"Ini masalahmu. Aku tidak mau ikut campur!" ucap Beomgyu beranjak pergi tapi Jena menahannya.
"Gyu.... Kau kan sahabatku. Pliss bantu aku yah," pintah Jena dengan wajah memelas.
"Huftt... Baiklah, tunggu di sini." Beomgyu keluar dari persembunyian mereka tapi sepertinya Jungkook sudah pergi dari situ.
"Ayo keluar!"
"Udah pergi kan?" tanya Jena memastikan.
"Hum, sudah. Ayo pelajaran akan segera di mulai!"
Jena berlari pelan sambil matanya mengawasi keadaan sekitar mereka. "Ayo!"
. . .
Skip . . .
KRING!!!
lonceng pulang berbunyi. Jena merasa sangat tidak aman karena dari awal masuk sampai lonceng berbunyi, pandangan Jungkook tak pernah teralihkan darinya. Pria itu terus menatap Jena dengan sinis.
Semua siswa/siswi berhamburan keluar kelas.
"Gyu! Pulang bareng aku yah!" ucap Jena berpura-pura tidak melihat Jungkook yang ada di situ.
"Gk bisa. Aku harus ke suatu tempat sekarang." tolak Beomgyu pelan.
"Akh... Itu tidak masalah, aku akan menemanimu. Setelah itu kau bisa mengantarku pulang. Oke? Eung? Eung?" Jena bersikap seimut mungkin di hadapan Beomgyu.
"Aish! Aku sudah bilang, jangan menunjukan wajah seperti itu padaku, apa kau ingin aku memukulmu!" ucap Beomgyu sambil menunjukan kepalan tangannya pada Jena.
"Ayo pulang denganku!"
Gadis itu terlonjak kaget dan makin panik saat mendengar suara ajakan dari belakangnya. Tidak ada yang lain, itu Jungkook.
"Ha? Ti-tidak! Aku akan pulang dengan Beomgyu. Benarkan gyu?"
"Tidak, sejak kapan aku setuju." balas Beomgyu mengernyit.
"Ya! Aku akan membunuhmu! Ayo pulang denganku!" bisik Jena sambil menyikut perut Beomgyu.
"Ini, bawah saja dia bersamamu." Beomgyu mendorong Jena ke depan Jungkook lalu berlari secepat mungkin keluar.
"BEOMGYU!!" Jena beranjak ingin mengejar  sahabatnya itu tapi Jungkook menahannya.
"Pulang denganku."
"Astaga, demi jembut ikan paus. Bagaimana jika dia membawahku ke semak-semak? Siapapun tolong aku!!" ucap Jena membatin.
"Em, aku bisa pulang sendiri. Ada banyak taxi, bus, kereta, kapal, pesawat, dan--"
Bhuk!
Ucapan Jena terhenti dan tubuhnya tiba-tiba bergetar karena Jungkook menyandarkannya di depan meja dengan kasar.
"Kenapa kau tiba-tiba takut padaku?"
"H-ha? Takut? Ahahaha Takut? Kau ini bicara apa." Jena berpura-pura tertawa sambil mencubit kedua pipi Jungkook.
"Benarkah?" pria itu mendekatkan wajahnya dan membuat Jena benar-benar gugup.
"Pak satpam! Eoh! Pak satpam!" Jena mendorong Jungkook dan menunjuk pintu keluar padahal tidak ada siapa-siapa di sana.
Melihat perhatian Jungkook mulai teralihkan, Jena berancang-ancang untuk lari.
"Aku pergi!!"
SET!!
Baru juga selangkah dari tempat berdirinya. Jungkook dengan cepat menarik tas yang ia kenakan.
"Jangan coba-coba lari dariku. Kau yang memulainya, jadi jangan harap ini akan segera berakhir." ucapnya sambil menarik Jena keluar dari situ.
. . .
Skip . . .
Perasaan Jena benar-benar legah. Ia pikir Jungkook akan melakukan hal yang buruk padanya, tapi ternyata pria itu mengantarnya pulang dengan selamat.
"Em, gomawo."
"Aku akan mampir." ucap Jungkook ingin melepas helmnya tapi Jena menolak.
"Tidak, tidak! Jangan mampir. Rumahku sangat kotor, banyak kecoak, laba-laba, semut, hiu, pokoknya banyak hewan. Jadi jangan mampir!"
"Kenapa? Aku tidak peduli. Aku akan mampir." balas Jungkook sambil turun dari motornya.
"Tidak! Ayo sana pul--"
SET!!
Ucapan Jena terhenti karena
Jungkook menarik dan menyandarkan tubuhnya di samping jok motor.
"Kalau begitu cium aku agar aku tidak mampir ke rumahmu," ucapnya membuat kedua mata Jena membulat kaget.
. . .


part8



. . .



"Ci-cium?" tanya Jena gelagapan.



Jungkook mengangguk pelan dengan tatapan sayunya.



"Aish! Aku tidak bisa, udah sana pulang! Aku harus masuk sekarang." Jena berusaha mendorong Jungkook tapi pria itu tetap mencegatnya untuk masuk.



"Huft.. Oke-oke. Ayo deketan sini!" ketus Jena kesal.



Jungkook tersenyum dan mendekatkan wajahnya pada Jena.



Chup!

Kecupan singkat mendarat ke bibir Jungkook.



"Udah! Sana pergi. Awas dateng lagi yah!" gadis itu mendorong Jungkook dan berlari masuk ke dalam rumahnya.



. . .



Skip . . .

Pukul 19:30 malam...



Kini Taehyung tengah sibuk dengan laptopnya di atas ranjang, sedangkan Jena di sebelahnya hanya diam tapi sesekali melirik ke arah suaminya itu.



"Kenapa? Kamu mau bilang sesuatu?"



"Em, gk kok! Bapak perasaan banget sih!" ucap Jena memayunkan bibirnya.



"Yaudah tidur aja, atau mau aku tidurin?" kekeh Taehyung dengan candaan.



"Pfutt... Di cium aja takut, soksokan mau tidurin aku." sindir Jena membuat Taehyung langsung menatapnya tajam.



"Ya! Kau menantangku? Jangan macam-macam. Kau bisa menangis dan memohon-mohon padaku jika aku benar-benar menidurimu." ucap Taehyung dengan senyum smirknya. Jena tertegun dan kembali mengingat kejadian dimana handuk Taehyung terlepas di hadapannya.



"Cih! Kecil juga gk berasa." ucap Jena sambil memutar bola matanya.



"APA!? YA! Sini kamu!" Taehyung meletakan laptopnya lalu menarik Jena dengan kasar tapi gadis itu mendorongnya.



"Oke oke, yaudah maaf. Gk kecil kok, besar iya besar hehe." kekeh Jena. Ia tiba-tiba takut melihat gairah yang di tunjukan Taehyung.



"Makanya..."



Drttt... Drtt...

Ponsel Jena berdering membuat ucapan Taehyung terhenti. Terdapat nama Jungkook di layar ponselnya.



"Siapa?"



"Akh... Beomgyu," jawab Jena sambil menggeser tombol hijau untuk mengangkat panggilan itu.



"Halo?"



"Hm, aku ada di depan rumahmu sekarang."



"APA!!" suara lantang Jena membuat Taehyung kembali melirik ke arahnya.



"Akh.. Maksudku apa?" Jena memelankan suaranya sambil tersenyum tipis pada Taehyung.



"Aku ada di depan rumahmu."



"Ah... Oke tidurlah, semoga mimpi indah. Bye.."



Tut... Tut.. Tut...

Jena mengakhiri panggilan itu dan terus tersenyum padahal iya sangat tegang sekarang, karena Jungkook ada di depan rumahnya.



"Akh... Aku akan ke rooftop dulu." Jena perlahan turun dari ranjangnya sambil meregangkan otot-ototnya yang kaku.



"Ngapain ke rooftop?" tanya Taehyung heran.



"Em, mau liat bintang aja. Kenapa?"



"Ini kan lagi mendung, mana ada bintang! Ngada-ngada aja kamu!"



"Yah, aku mau nyari angin aja kalo gitu. Kok bapak sewot sih!" gerutu Jena sinis.



"Yaudah sana, sebelum aku tendang."



Jena menjulurkan lidahnya lalu berlari keluar kamar.



. . .



Tap!

Tap!

Tap!

Dengan cepat ia menuruni anak tangga dan menuju ke pintu utama.



Ceklek~~

Baru saja pintu terbuka, sosok yang menunggunya sudah terlihat dari jauh. Jena berlari cepat dan menghampiri pria itu.



"Ya! Kenapa kau kesini? Sana pulang, jika suamiku melihatmu maka akan terjadi masalah." omel Jena tapi Jungkook terlihat tenang-tenang saja.



"Aku membelikanmu jepitan rambut," Jungkook menyodorkan kotak kecil berisi dua jepitan rambut pada Jena.



"Astaga neptunus! Kau tidak perluh memberikanku ini, aku punya banyak jepitan dan tidak terpakai. Aish! Ayo pulanglah!" Jena terus mengomel kesal tapi Jungkook tetap tenang.



"Ayo ambil,"



"Huft.. Oke, aku ambil. Sekarang ayo pulang." pintahnya pelan.



"Aku sudah memberikanmu jepitan itu jadi kau harus memberikanku imbalannya."



"Apa? Astaga pria ini benar-benar sudah gila. Ya! Jika kau ingin memberi sesuatu, kau harus ikhlas tau!" ucap Jena penuh penekanan.



"Aku tidak peduli, sekarang berikan aku imbalannya."



"Huft.. Baiklah, kau mau apa? Ayo katakan," ucap Jena mencoba sabar.



"Cium aku lagi."



"APA!!"



. . .

part9


. . .
"Ya! Apa kau tidak puas tadi siang aku sudah menciummu!" ucap Jena mulai emosi.
"Tidak," balasnya singkat.
"Aish! Aku benar-benar bisa gila jika seperti ini!" ketus Jena frustasi.
"Ayo, cium aku."
"Jika aku tau kejadiannya akan seperti ini. Maka aku tidak akan menggodanya," batin Jena resah.
"Aku berani memintanya karena kau yang memulainya lebih dulu." ucap Jungkook tenang.
"Huftt... Baiklah. Tapi hanya ciuman biasa, kau mengerti? No lumat-lumat yah! Aku gk suka," tegas Jena sinis.
"Itu tergantung," gumam Jungkook sambil mendekatkan wajahnya pada Jena.
Chup!
Baru saja bibir mereka menyatuh, Jungkook langsung mendekap tubuh Jena dengan erat dan tangan satunya memegangi tengkuk gadis itu.
"Mphh..." Jena berusaha melepas tapi Jungkook makin agresif dan menggigit bibir bawahnya. Lidah Jungkook melesat masuk ke dalam sana dan mulai menelusuri setiap deretan gigi Jena.
"Anghhh..." desah Jena di sela-sela ciuman mereka.
. . .
Hampir 10 menit mereka berciuman, Jungkook belum juga puas tapi Jena mendorongnya dengan kasar untuk mengakhiri ciuman itu.
"Jangan datang lagi ke rumahku. Kau mengerti?" tegas Jena berbalik dan kembali masuk ke dalam rumahnya.
. . .
Ceklek~~
Masih dengan posisi sama. Taehyung sibuk mengerjakan tugas di laptopnya.
"Sudah selesai nyari anginnya? Ketemu gk? Bentuknya si angin kek gimana?" ucap Taehyung penuh tanya.
"Bentuknya kek ayam jantan!" ketus Jena kembali naik ke atas ranjang. Ia berbaring tapi perasaannya tidak bisa tenang, bagaimana jika nanti Taehyung mengetahui semuanya.
Jena kembali bangun dan beringsut mendekati Taehyung.
Chup!
Ciuman hangat mendarat ke pipi pria itu. Taehyung sedikit kaget dan langsung menatap Jena.
"Ada apa denganmu?"
"Akh... Em, anggap saja itu... Itu Sleeping kiss," gagap Jena kembali berbaring dan membelakangi Taehyung.
"Yang aku tau hanyalah Morning kiss. Apa aku kurang update dengan dunia ini?" gumam Taehyung sambil memegangi bekas kecupan Jena di pipinya.
. . .
Skip . . .
Pukul 06:00 pagi...
"Eungh..." Jena mengucek kedua matanya. Ia sedikit kaget karena saat ini Taehyung sedang memeluknya. Wajahnya terlihat damai dan aura nya benar-benar memabukkan.
"Umurnya sudah 26 tahun, tapi dia terlihat sangat tampan saat tertidur." ucap Jena tanpa sadar sebenarnya Taehyung sudah bangun dan hanya berpura-pura saja.
"Aku tau, aku memang tampan. Banyak yang mengatakan itu salah satunya dirimu." ucap Taehyung sambil membuka kedua matanya.
Gluk!
Jena menelan salivanya dengan susah. Jantung nya berdetak tak karuan saat kedua mata mereka saling bertemu.
"Akh... Em, udah sana mandi!" ucap Jena sambil mendorong pelan Taehyung.
"Hm," pria itu hanya berdehem dan langsung menuju ke kamar mandi.
"Huft... Ada apa dengan jantungku? Kenapa aku merasa sangat gugup saat menatapnya?" gumam Jena resah.
"Suit! Suit!"
Jena tersentak kaget mendengar suara seperti desisan yang berdengung di telinganya.
Ia menoleh ke arah jendela karena suara itu berasal dari sana.
Deg...
Jena tiba-tiba terdiam, pasalnya pembuat suara itu sedang tersenyum menatapnya dari balik jendela.
"Arkhhh!!!" Jena berteriak sekuat mungkin. Tidak ada yang lain, pembuat suara itu adalah Jungkook.
. . .


part10


. . .
Mendengar suara teriakan Jena. Taehyung kembali keluar dari kamar mandi dan segera menghampiri Istrinya itu. "Ada apa? Kenapa kau berteriak?"
Jena mendongakkan kepalanya sambil menoleh ke arah jendela tapi tidak ada siapa-siapa di sana.
"Apa itu cuma hayalanku?" batin Jena penuh tanya.
"Ya! Jawab aku!" Taehyung berucap tegas karena gadis itu hanya diam saja.
"Akh... Tidak, aku...aku hanya melihat tikus tadi, jadi aku berteriak." ucapnya gelagapan.
"Huft... Kau hanya membuatku panik saja." Taehyung kembali ke kamar mandi dengan raut wajah resah.
"Aku yakin tadi melihatnya," ucap Jena turun dari ranjangnya lalu berjalan pelan mendekati jendela kamarnya.
SET!!
"Akh--" teriakan Jena terhenti karena ada yang membekap mulutnya dan menariknya ke samping lemari.
Jena membulatkan matanya. Ternyata yang dia lihat tadi itu bukan hayalan tapi Jungkook memang ada di situ.
"Kau mencariku?" bisik Jungkook di telinga Jena.
Bhuk!
Jena mendorong pria itu dengan kasar untuk menjauhinya.
"Ya! Kenapa kau ada di sini! Apa kau sudah gila?" omel Jena tapi ia mengecilkan volume suaranya agar Taehyung tidak mendengarnya.
"Em, morning kiss."
"Apa!! Jungkook-ah, kau ini kenapa? Kau tau kan, aku sudah punya suami. Kenapa kau terus menggangguku!" bentak Jena pelan.
"Aku tidak peduli. Aku tidak akan pergi sebelum kau menciumku."
Jena benar-benar frustasi. Ia memijit alisnya sambil menghembuskan nafasnya dengan kasar.
"Aku bisa gila," gumam Jena resah.
"Ayo..."
"Bagaimana kau bisa naik ke sini?" tanya Jena.
"Tangga. Lagipula kamarmu kan ada balkonnya jadi aku bisa naik dengan gampang." jelas Jungkook dengan santainya.
Ceklek~~
Jena membulatkan matanya saat mendengar suara pintu kamar mandi terbuka. Ia mendorong Jungkook agar kembali bersembunyi di sebelah lemari.
"O-oppa, ka-kau sudah selesai mandi?" tanya Jena berpura-pura membuka lemari pakaiannya.
"Hm, aku ingin mengambil pakaianku." Taehyung berjalan mendekati Jena dan itu sangat membuat Jena gugup.
"Tunggu!"
Langkah Taehyung terhenti saat mendengar ucapan Jena.
"Ada apa?"
"Em, nanti aku bawain pakaian oppa ke kamar mandi. Ayo sana masuk lagi.."
"Tapi..."
"Aku istrimu jadi tolong turuti ucapanku!"
Taehyung sedikit merasa aneh dengan sikap Jena. Tanpa rasa curiga, ia kembali masuk ke kamar mandi.
"Jungkook-ah, kumohon pergilah!"
"Cium aku dulu, setelah itu aku akan pergi." jawabnya tenang.
Jena tidak punya pilihan lain. Ia mendekati pria itu lalu menghembuskan nafasnya pelan. "Ayo mendekatlah,"
Jungkook tersenyum lalu mendekatkan wajahnya pada Jena.
Chup!
Baru saja bibir mereka menyatuh, Jungkook langsung melumat bibir gadis itu dengan kasar.
"Anghhh.." belakang Jena tersandar pada lemari. Ia kesulitan mengimbangi ciuman Jungkook yang sangat agresif.
"Mphhh..."
"JENA!! Mana bajuku!!"
Mendengar teriakan Taehyung, Jena langsung mendorong Jungkook agar ciuman panas mereka berakhir. Tanpa berkata apa-apa, ia berlalu pergi begitu saja meninggalkan Jungkook.
Ceklek~~
"I-ini..." ucapnya sambil menyodorkan kameja berwarna coklat itu pada Taehyung.
"Aku akan ganti baju di kamar, kau bisa mandi sekarang." Taehyung beranjak pergi tapi Jena menahannya.
Grep!
Taehyung belum sempat bertanya, Jena langsung memeluknya erat. Pria itu masih merasa canggung, menurutnya sikap Jena sedikit berbeda dari biasanya.
"Jena-ya, ada apa denganmu?"
Gadis itu mendongakkan kepalanya, tapi bukannya menjawab ia malah berjinjit lalu mengecup bibir Taehyung.
Tidak ada balasan, Taehyung hanya diam membiarkan Jena menciumnya.
"Kau tidak suka?" tanyanya sambil menjauhkan bibirnya dari Taehyung.
"Hm, entah. Akan ku coba," Taehyung melepas kemeja yang ia pegang. Di angkatnya gadis itu lalu di dudukkannya di sebelah wastafel.
Taehyung menatap Jena sekilas dan kembali meyatuhkan bibir mereka.
"Ahmphh..." lumatan yang basah, Jena langsung memejamkan matanya untuk menikmati permainan lidah suaminya yang baru sekali ia rasakan.
"Amphh..."
Tangan Taehyung pun tidak bisa diam. Ia naik lalu meremas kedua gundukkan Jena yang masih terbungkus rapih dengan baju. Sebenarnya Jena ingin menepis tangan suaminya itu tapi mau bagaimana pun, Taehyung adalah suaminya jadi dia berhak untuk menyentuh tubuh istrinya.
"Ahhh..." desah Jena. Ia ikut meremas pundak Taehyung yang polos tanpa busana. Yah, pria itu hanya menggunakan handuk yang di lilitkan di pinggangnya.
Tubuh Jena menggeliat karena makin lama Taehyung makin kuat meremas gundukannya.
"Anghhh..."
"Kau mau melayaniku?" pertanyaan itu tiba-tiba keluar dari mulut Taehyung.
"Haa?" Jena mengangkat kedua alisnya. Ia masih ragu, dan meihat tatapan pria di hadapannya ini, ia tau kalau Taehyung sudah pasti tegang sekarang.
. . .


part11


Warning??
Mengandung sedikit unsur 18++
Jadi buat iman iman yang gk kuat/gk suka silahkan di sekip.
. . .
"Kenapa? Apa kau tidak mau?" tanya Taehyung dengan tatapan sendu.
"Em, aku...aku belum siap," jawabnya ragu.
"Baiklah, aku mengerti. Ayo mandilah sekarang." Taehyung beranjak pergi tapi Jena menahannya.
"Tunggu,"
"Ada apa?"
"Ehm, ini sedikit lucu. Aku ingin melakukannya tapi tanpa kau masuki bagaimana?" Jena menggaruk kepalanya sambil tertawa kecil. Sebenarnya ia sangat malu mengatakan itu.
"Caranya?" Taehyung mengernyit bingung.
Jena melompat turun dari wastafel. Di tariknya Taehyung keluar dari kamar mandi lalu menuju ke sebuah kursi di sebelah ranjang mereka.
"Duduklah. Aku yang akan melakukan semuanya."
Taehyung mengangguk dan mengikuti semua perintah Jena. Gadis itu celingak-celinguk melihat ke sekelilingnya.
"Aku rasa Jungkook sudah pergi." batin Jena berjalan menuju ke jendela kamarnya.
SET!!
di tariknya horden untuk menutupi semua jendela kamarnya. Suasana kamar jadi remang-remang.
"Jena-ya, kenapa kau menutup jendela nya?"
Tanpa menjawab pertanyaan Taehyung, Jena kembali mendekati pria itu. Ia melepas handuk yang melilit di pinggang Taehyung hingga tampaklah kejantanan pria itu yang masih terbungkus oleh celana dalam.
"Ayo lakukan Jena!" ucapnya membatin. Jena menyingkap dress piyama nya ke atas. Di lepaskannya short hitam yang ia kenakan tepat di hadapan Taehyung.
Gluk!
"Aish! Aku benar-benar tegang." ucap Taehyung membatin.
"Ahhh..." desahan pertama keluar dari mulut Taehyung, pasalnya Jena duduk di pangkuannya hingga benda berharga mereka saling menyentuh.
"Desahanmu sangat indah," bisik Jena sambil mengecup bibir Taehyung.
Pria itu tersenyum lalu ikut membalas kecupan Jena dengan lumatan.
"Mphhh... Anghhh..." desah Jena mulai menggerakan pinggulnya pelan. Taehyung tidak masalah jika Jena hanya ingin melakukan hubungan seperti itu, karena dia juga tau usia Jena masih muda dan dia juga belum lulus SMA.
"Ahhhh..." Jena memejamkan matanya. Ia terus meracau tak karuan akibat tangan kekar Taehyung kembali meremas kedua gundukannya.
"Ahhh... Ahhh.."
Taehyung benar-benar terbuai menerima permainan istrinya itu. Rasanya ia sangat ingin memimpin permainan itu tapi Jena belum siap untuk melakukan hal yang lebih.
"Ahhhh... Oppa, kau mphh mau apah?" tanya Jena saat merasakan kedua tangan Taehyung masuk ke dalam dress piyamanya.
Pria itu melepas kaitan bra Jena agar ia lebih puas meremas gundukan gadis itu.
"Ahhhh..." erang Jena. Tubuhnya menggeliat dan desahan tak kunjung berhenti keluar dari mulutnya.
Jena seperti orang kehilangan akal karena selain meremas gundukannya, Taehyung juga memilin puting istrinya itu.
"Emhhh... Nikmat kan?" bisik Taehyung makin memperkuat remasannya sedangkan Jena tetap menggoyangkan pinggulnya agar kedua benda berharganya dan Taehyung saling bergesekkan.
"Hm.. Emh... Terus oppa," desah Jena. Tubuhnya bergetar pertanda ia sudah mencapai klimaks.
"Uhhh..."
. . .
Setelah hampir 30 menit melakukan hubungan itu, Jena sudah 3 kali klimaks padahal Taehyung tidak memasukinya.
"Kau sangat pandai melakukannya. Tapi kenapa kau belum siap?" tanya Taehyung membuat kedua pipi Jena merona.
"Em, entahlah." Jena bangkit merapihkan pakaiannya. Dengan cepat ia berlari menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Brak!
"Aish! Aku sangat ingin melakukannya tapi aku belum siap." gumam Jena kesal. "Aniyo, nanti malam, aku harus bisa melakukannya. Lagipula Taehyung kan suamiku, ini saatnya untuk aku melepas kesucianku."
. . .
Skip . . .
Hari ini Beomgyu tidak masuk sekolah. Jena benar-benar frustasi menghadapi sikap Jungkook yang terus mengejarnya bahkan sampai ke toilet.
Hari yang berat ia lalui tanpa Beomgyu, karena jika pria itu ada bersamanya, pasti dia yang akan melindungi Jena dari Jungkook.
. . .
Skip . . .
Pukul 16:00 sore...
Kini Jena sedang duduk melamun di atas ranjang. Perasaannya sangat kacau, ia bingung bagaimana cara agar Jungkook berhenti mengejarnya dan berhenti meminta ciuman darinya.
"Huft... Ini sangat meresahkan! Aku harus mengatakan ini pada Jungkook, agar dia berhenti menggangguku." gumam Jena sambil melihat ke arah jam. 2 jam lagi Taehyung akan pulang dari kampus.
Jena mengambil blazernya lalu segera keluar kamar untuk pergi ke rumah Jungkook.
. . .
Skip . . .
Kini Jena sudah berada di depan rumah Jungkook. Pria itu hanya tinggal sendiri, karena kedua orang tuanya ada di Busan. Ia merantau dan bersekolah di Seoul.
Tok!
Tok!
Tok!
Ceklek~~
Pintu terbuka. Jungkook sedikit kaget melihat Jena yang berdiri tepat di hadapannya.
"Kau?"
"Eoh! Aku kesini ingin menegaskan padamu, berhenti mengejarku! Aku risih dengan sikapmu yang seperti itu! Tolong kumohon dengan sangat, jangan ganggu aku lagi!" ucap Jena penuh penegasan tapi Jungkook terlihat biasa-biasa saja.
"Ayo masuk,"
"Aku tidak mau! Pokoknya aku--"
"Ayo!" Jungkook memotong pembicaraan Jena dan menariknya dengan kasar ke dalam rumah.
. . .
"Duduklah di situ! Kau haus kan?"
"Tidak! Aku akan pulang!" Jena beranjak pergi tapi Jungkook mendorongnya dengan kasar ke atas sofa.
"Duduk disana dengan tenang! Dan tunggu minuman dariku!" tegasnya berlalu pergi ke dapur sedangkan Jena terlihat seperti ingin memukulnya.
. . .
Skip . . .
Jungkook mengambil sebuah gelas lalu menuangkan jus ke dalamnya, tak lupa ia juga menambahkan obat perangsang di dalam jus tersebut. "Kau sudah masuk ke dalam rumahku, jadi jangan harap akan pulang begitu saja dari sini." ucapnya tersenyum smirk.
. . .


part12


. . .
Setelah selesai membuatkan minuman itu untuk Jena. Jungkook secepat mungkin menuju ke ruang tengah.
"Ini, ayo minumlah." ucap Jungkook sambil menyodorkan segelas jus pada Jena.
"Aku harus pulang sekarang. Pasti--"
"Yaudah minum dulu, setelah itu kau boleh pulang." potongnya memaksa.
Tanpa rasa curiga sama sekali, Jena langsung meminum jus tersebut dan menghabiskannya.  
"Ini jus yang enak." ucapnya tersenyum.
Jungkook masih diam dan menunggu obat itu bekerja.
"Aku akan pulang sekarang," ucap Jena karena ia mulai merasa sesuatu yang aneh terjadi pada tubuhnya.
"Duduklah 5 menit lagi dan kau boleh pulang."
"Hm," dehemnya mengangguk.
. . .
5 menit kemudian.
Tubuh Jena mulai terasa gerah. Area feminimnya pun terasa berkedut dan tubuhnya ikut bergidik.
Jungkook tersenyum menang. Ia tau kalau sekarang obat itu pasti sedang bekerja.
"Kau baik-baik saja?" tanya Jungkook sambil duduk di sebelah Jena.
"Em, aku..aku..."
"Apa?" bisiknya seksual.
Gadis itu berusaha mengembalikan kesadarannya tapi sentuhan Jungkook di pahanya membuat desahan lolos begitu saja dari mulutnya.
"Ahhh..."
Jungkook menarik dagu Jena dan tanpa basa-basi lagi, ia langsung melumat bibir gadis itu.
"Mphh..." Jena membalas setiap lumatan yang di berikan Jungkook. Permainan lidah dan saling bertukar saliva membuat nafsu keduanya makin menggebuh.
Tanpa melepas pangutan mereka. Jungkook menggendong Jena menuju ke kamarnya.
. . .
Ceklek~~
Di baringkannya tubuh gadis itu ke atas ranjang dan tanpa perlawanan sama sekali, Jena justru terlihat ingin segera melakukannya dengan Jungkook.
Entah dari kapan, tapi sekarang mereka berdua sudah full naked. Jena kembali mengerang saat tubuhnya bersentuhan dengan Jungkook.
"Emhhh..." gadis itu memejamkan matanya, menikmati setiap ciuman Jungkook yang tanpa henti.
Cap! Cap! Cap!
Jungkook membuat banyak sekali tanda kissmark di leher jenjang Jena.
Bibirnya terus turun dan sampai ke gundukan besar gadis itu.
"Ahhh... Emhh.." desahnya tak karuan, pasalnya Jungkook memainkan gundukannya dan menghisapnya bak bayi kecil yang sedang kehausan.
Setelah puas menikmati bagian atas Jena, Jungkook pun bangun dan membuka kedua paha gadis itu dengan lebar.
"Sudah siap?" tanya Jungkook tapi hanya di balas anggukan oleh Jena.
Jleb!!
"Akhhhh!!!" Jena berteriak sekuat mungkin. Jungkook memasukinya dengan kasar padahal itu kali pertamanya melakukan hubungan.
Darah segar mengalir keluar membuat Jungkook sedikit kaget. "Jadi, dia masih perawan?" gumamnya. Ia pikir Jena sudah tidak perawan lagi.
"Ahhh sakit..."
"Nikmati saja," ucapnya makin senang karena dia yang membuka segel tertutup Jena.
"Ahhh.. Jung pelan-pelan hiks sakit.."
Bukannya memelankan temponya, Jungkook malah makin mempercepat dan menghujam kewanitaan Jena tanpa ampun.
"Ahhhh!! Sakit!!"
Jena meringis kesakitan. Ia meremas bantal dan air matanya terus mengucur. Jujur saja, permainan Jungkook sangatlah brutal.
"Ahhhh.... Jung, hentikan! Kau menyakitiku!"
"Aku tidak akan berhenti." ucapnya makin menambah tempo genjotannya.
. . .
Skip . . .
30 menit berlalu, Jena sudah klimaks beberapa kali tapi Jungkook baru sekali pelepasan.
"Ahhhh..." Jena memejamkan matanya legah karena Jungkook melepas tautan mereka.
"Aku belum puas." Jungkook membalikan tubuh Jena hingga telentang. Di tariknya pinggul gadis itu ke atas untuk kembali melancarkan aksinya.
"Ahhhh!!" Jena berteriak lemah saat merasakan kewanitaannya kembali di masuki oleh Jungkook.
"Nikmat kan? Aku menyukai ini." ucapnya sambil memaju-mundurkan pinggulnya.
Desahan demi desahan keluar dari mulut Jena. Ia sudah kewalahan tapi Jungkook tak kunjung berhenti menggempur tubuhnya.
"Ahhhh..." lagi-lagi Jena mencapai pelepasannya. Tubuhnya ambruk setelah Jungkook kembali melepas tautan mereka.
"Ayo sekarang giliranmu!" tegasnya. Ia membangunkan tubuh Jena dengan kasar untuk duduk di pangkuannya.
. . .
Skip . . .
Kini 2 jam sudah terlewatkan, Jena benar-benar sudah tidak berdaya lagi. Tubuhnya terasa remuk apalagi area kewanitaannya sangat perih akibat permainan kasar Jungkook.
"Ini belum selesai, kau mengerti?" ucap Jungkook tapi Jena hanya bisa berbaring lemah bahkan membuka matanya saja sangat sulit.
"Ini baru awal dari kesengsaraanmu. Kau yang memulainya tapi kau tidak akan bisa mengakhirinya."
Jungkook turun dari ranjang itu lalu mengambil ponselnya yang dari tadi merekam semua aktivitas panasnya bersama Jena.
. . .


part13


. . .
Skip . . .
Pukul 20:00 malam...
Jena terbangun dari tidurnya. Kepalanya terasa sakit apalagi tubuhnya.
"Akh!" Jena berusaha bangun dan terlihat Jungkook yang sedang menunggunya bangun, duduk di atas meja belajarnya.
"Sudah bangun?"
Jena masih diam dan langsung melihat ke dalam selimut kalau sekarang ia sudah tidak menggunakan apa-apa lagi.
"Ya! Apa yang kau lakukan padaku!!"
Jungkook tersenyum dan mendekati Jena.
"Menurutmu apa yang sudah kita lakukan?"
Wajah Jena tiba-tiba memerah dan matanya mulai berkaca-kaca.
Plak!!
"BRENGSEKK!!" tangisannya pecah begitu saja dan tangannya ikut menampar wajah  pria itu.
"Kau menamparku?" Jungkook terlihat kesal sambil memegangi pipinya.
Plak! Plak!
Dua Tamparan keras mendarat ke wajah Jena hingga gadis itu terhempas dan kembali terbaring.
"Hiks..."
"Kau ingin tau apa yang sudah terjadi? Ini, lihat ini!" Jungkook membangunkan Jena dan menunjukkan video panas mereka.
"Hiks... Berikan padaku!" ia berusaha menggapai ponsel itu tapi Jungkook menjauhkan tangannya.
"Bagaimana, jika aku mengirimkan video ini pada suamimu?"
"Kau benar-benar sudah gila! Jangan lakukan itu!!" bentak Jena tapi Jungkook hanya tertawa kecil.
"Baiklah, tapi layani aku lagi."
"Apa!! Ya!! Tubuhku sangat sakit!! Kau sudah merenggut kesucianku. Apa kau tidak puas!!"
"Benarkah? Apa aku terlihat peduli? Layani aku atau ku kirimkan video ini pada suamimu." ancamnya sinis.
"Hiks.. Aku... Aku kesakitan, aku--"
"AKU TIDAK PEDULI!!" bentak Jungkook lantang.
"Hiks..." Jena tidak punya pilihan lain selain menuruti permintaan pria itu.
. . .
Skip . . .
Hampir 2 jam Jungkook kembali menggempur tubuh Jena. Gadis itu terus menangis tapi Jungkook sepertinya tidak ibah sama sekali dengan tangisan Jena.
"Ahhh..." setelah puas melihat gadis itu tersiksa. Jungkook turun dari ranjangnya lalu menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
"Hiks..." Jena bangun dengan pelan. Ia mencari ponsel Jungkook tapi sepertinya pria itu membawahnya ke kamar mandi.
"Bagaimana ini? Aku harus bilang apa pada oppa?" isaknya sesegukkan. Dengan cepat ia memakai semua pakaiannya dan berlari pelan keluar karena area pangkal pahanya sangat perih.
.  .  .
Skip . . .
Kini Jena sudah berhasil keluar dari rumah Jungkook. Di sepanjang jalan ia terus menangis dan tidak berani untuk pulang ke rumah.
"Hiks... Aku harus kemana sekarang? Aku takut oppa akan marah padaku," lirihnya sendu.
Akhirnya Jena pun memutuskan untuk pergi ke rumah Beomgyu karena pria itu juga sama seperti Jungkook. Dia tinggal sendiri karena kedua orang tuanya sudah pindah ke Daegu.
. . .
Tok! Tok! Tok!
Ceklek~~
Grep!
Barusaja pintu terbuka, Jena langsung memeluk Beomgyu dengan erat. Ia menangis sejadi-jadinya di pelukan pria itu.
"Hikss... Gyu..."
"Jena-ya, ada apa? Kenapa kau tiba-tiba kesini?" tanya Beomgyu panik. Ia menarik Jena masuk dan membawahnya ke ruang tengah.
"Hiks..."
"Jangan menangis. Katakan padaku, apa yang sudah terjadi?"
Dengan nafas memburuh, Jena menceritakan semua kejadian buruk itu pada Beomgyu.
"APA!! astaga, bagaimana jika suamimu tau? Aish! Aku kan sudah bilang berhenti mengejar pria itu!!" Beomgyu ikut frustasi. Ia bangkit lalu pergi begitu saja ke kamarnya.
"Hiks.. Jika ku tau ini akan terjadi, aku tidak akan pernah menggodanya." isak Jena piluh.
Tak lama kemudian, Beomgyu pun kembali dengan salep di tangannya.
"Jena-ya, oleskan ini di leher dan bagian tubuhmu yang memerah akibat pria brengsek itu."
Jena mengangguk pelan dan mulai mengoleskan salep itu di lehernya.
Drttt... Drtttt...
Ponsel Beomgyu berdering. Terdapat nama Taehyung di layarnya.
"Siapa?"
"Akh.. Itu, suamimu." gagap Beomgyu membuat wajah Jena tiba-tiba pucat. Ia tau, kalau Taehyung pasti sedang panik mencarinya sekarang.
. . .


part14


. . .
Beomgyu pun menggeser tombol hijau untuk mengangkat panggilan itu.
"Halo?"
"Beomgyu-ah, apa Jena ada di rumahmu? Dia tidak membawah ponselnya jadi aku sangat khawatir. Apa dia ada disana?"
"Akh.. Em, dia ada dirumahku. Kami sedang mengerjakan tugas bersama, nanti aku akan mengantarnya pulang." ucap Beomgyu pelan.
"Baiklah, jangan terlalu larut mengantarnya. Kau mengerti?"
"Iya Hyeong. Aku akan segera mengantarnya."
"Hm,"
Tut... Tut... Tut...
Taehyung mematikan panggilan itu sepihak.
"Apa dia menanyakanku?"
"Astaga, Tentu saja dia menanyakamu. Mana mungkin dia bertanya tentangku, apa aku istrinya?" celetuk Beomgyu membuat Jena tersenyum tipis.
"Menurutmu, apa dia akan marah padaku?" tanya Jena lagi.
"Entahlah, kita pikirkan jalan keluarnya nanti saja. Ayo, aku akan mengantarmu pulang."
Jena mengangguk pelan dan mengikuti Beomgyu keluar dari rumahnya.
. . .
Skip . . .
Akhirnya mereka pun sampai. Jena sedikit takut untuk masuk ke dalam.
"Masuklah,"
"Hm, hati-hati di jalan yah." Jena melambaikan tangannya pada Beomgyu lalu bergegas menuju ke pintu utama.
Ceklek~~
"Eoh, sudah pulang?" suara serak terdengar lembut saat Jena membuka pintu. Pria itu berjalan mendekati Jena dengan segelas kopi di tangannya.
Grep!!
Tanpa berkata apa-apa Jena langsung memeluk Taehyung.
"Hei..." kagetnya karena kopi yang ia pegang hampir saja tumpah.
"Hiks.."
"Jena-ya, ada apa? Kenapa kau menangis?" tanya Taehyung sambil meletakan gelas kopinya di atas meja.
"Em, aku..aku lapar,"
Taehyung tersenyum saat mendengar suara manja Jena. Baru kali itu Jena memperdengarkan suara manjanya pada Taehyung.
"Jadi, kau menangis karena lapar? Begitu?" goda Taehyung tapi Jena hanya diam dan makin erat memeluknya.
"Aku juga belum makan. Ayoo kita makan bersama." ajaknya sambil merangkul Istrinya itu.
. . .
Skip . . .
Setelah selesai makan malam, kini Taehyung dan Jena sudah berada di kamar mereka.
Suasana benar-benar hening. Jena tak mau lepas dari Taehyung dan terus saja memeluk pria itu.
"Jena-ya."
"Hum?" Jena mendongakkan kepalanya lalu berbaring di lengan Taehyung. Kedua mata mereka saling bertemu sambil tangan Taehyung asik mengelus rahang Jena.
"Kapan kau akan siap?"
Deg...
Pertanyaan itu membuat Jena gugup. Entahlah bagaimana reaksi Taehyung saat tau istrinya itu sudah tidak virgin lagi.
"Oppa..."
"Hm?"
"Apa kau marah padaku?" tanya Jena di selingi dengan air mata.
"Kau ini bicara apa? Sudahlah jika kau belum siap. Aku akan menunggunya." ucap Taehyung sambil menarik Jena ke dalam dekapannya.
"Ini tidak seperti biasa. Jena selalu mencari masalah denganku, ia juga gadis yang ceria tapi kenapa tiba-tiba ia jadi aneh seperti ini? Apa ini hanya perasaanku saja?" batin Taehyung penuh tanya.
. . .
Skip . . .
Pukul 07:00 pagi...
Seperti biasa, Taehyung akan mengantar Jena ke sekolahnya. Di sepanjang jalan, Jena hanya diam saja dan tidak banyak bicara.
Pip... Pip.. Pip...
Taehyung memarkirkan mobilnya di depan gerbang sekolah.
"Ayo turunlah, kita sudah sampai."
"Hm," dehemnya mengangguk. Ia beranjak keluar tapi Taehyung menahannya.
"Jena-ya, apa kau punya masalah? Aku perhatikan dari semalam, kau terus murung. Apa ada yang mengganggumu?"
Jena menoleh ke arah Taehyung sambil tersenyum kikuk.
"Aniyo, aku ada ujian hari ini jadi aku sedikit gugup." jawab Jena berbohong.
"Baiklah, ayo sana keluar. Kau akan terlambat."
Jena mengangguk pelan dan segera keluar dari mobil Taehyung.
"Aku harap, aku tidak bertemu dengannya." gumam Jena berjalan memasuki gerbang sekolah.
. . .
Skip . . .
Saat tengah berjalan di koridor tiba-tiba sepasang tangan memeluknya dari belakang.
Grep!
Jena tersentak kaget dan segera membalikan tubuhnya. Dugaannya tidak salah lagi. Itu Jungkook.
"Morning," sapanya dengan senyuman.
Tanpa berkata apa-apa, Jena kembali melanjutkan jalannya tapi Jungkook dengan sigap menahan tangannya.
"Kau mengabaikanku? Ayo ikut aku!!" ucapnya sambil menyeret Jena dengan kasar menuju ke toilet.
. . .
"Hiks... Lepaskan aku!!"
Bhuk!!
Jungkook mendorong Jena masuk ke dalam dengan kasar.
"Kau ingin melawanku? Ayo katakan!!" bentak Jungkook membuat tangisan Jena makin pecah. Saat pagi hari para siswa/siswi jarang mendatangi toilet.
"Hiks..."
"Apa kau ingin aku mengirimkan video ini pada suamimu?"
Jena menggeleng dengan wajah memelas tapi Jungkook sama sekali tidak ibah padanya.
"Baiklah, tapi kau harus menuruti semua perintahku. Kau mengerti?"
"Apa kau tidak puas? Apa yang sebenarnya kau inginkan dariku?" tanya Jena sambil mengusap air matanya.
"Diam! Dan turuti saja perintahku." Jungkook merogoh saku celananya lalu mengeluarkan vibrator berukuran sedang dari sakunya. Tubuh Jena tiba-tiba bergidik saat melihat benda itu. Apa yang akan di lakukan Jungkook padanya?
. . .


part15


 . .
"Pakai alat ini sekarang."
"APA!! Aku... Aku tidak mau!" tolak Jena menggeleng.
"Pakai ini sekarang atau aku yang akan memaksamu untuk memakainya!" tegas Jungkook sambil mendorong Jena ke sudut toilet.
"Hiks, tolong lepaskan aku. Aku harus pergi ke kelas sekarang." pintah Jena tapi Jungkook sama sekali tidak peduli.
"AYO PAKAI!!" bentak Jungkook membuat Jena tertunduk takut.
"Hiks..." dengan tangan gemetar Jena mengambil alat itu dari Jungkook.
Jena menyingkap roknya ke atas lalu mulai memasangkan vibrator itu pada kewanitaannya. Jungkook tersenyum smirk sambil mengusap surai hitam milik Jena.
"Bagus, kau sangat penurut. Aku menyukai itu."
"Ahhh!!" Jena memekik saat Jungkook memencet tombol yang membuat benda itu bergetar di dalam sana.
"Kau pasti menikmatinya kan?" bisik Jungkook terus menambah tempo getaran pada vibrator tersebut.
"Akhh!! Kumohon hentikan!" pintah Jena. Ia meremas kedua pahanya untuk menahan tekanan yang di berikan benda itu pada kewanitaannya.
"Ayo kita ke kelas sekarang." Jungkook merangkul Jena sambil tersenyum. Ia sangat puas melihat wajah sengsara Jena.
. . .
Skip kelas . . .
Pelajaran pertama pun di mulai. Jena duduk bersama dengan Beomgyu tapi ia tidak bisa fokus belajar karena vibrator itu terus bergetar cepat. Jena sudah beberapa kali klimaks dan keringat dingin ikut mengucur deras di wajahnya.
"Anghhh.." desah Jena sepelan mungkin agar teman-teman sekelasnya tidak mendengar.
"Jena-ya, kau baik-baik saja?" tanya Beomgyu heran, pasalnya Jena terus mengerang sambil meremas pahanya.
"Gyu..." Jena berucap lemas pada Beomgyu.
"Ada apa?"
"Tolong aku.." bisiknya sambil meremas lengan Beomgyu.
"Permisi bu!" Beomgyu bangkit dari duduknya dengan mengacungkan telunjuknya ke atas.
"Ada apa Beomgyu?"
"Jena sepertinya kurang sehat. Saya akan membawahnya ke ruang UKS sekarang."
"Baiklah, silahkan."
Beomgyu pun merangkul Jena dan membawahnya keluar dari kelas itu.
. . .
"Apa yang terjadi? Kenapa kau terlihat pucat seperti ini?" tanya Beomgyu khawatir.
"Hiks..." Jena pun menceritakan apa yang sudah di lakukan Jungkook padanya.
"Aish! Pria itu benar-benar sudah gila. Ayo keluarkan vibrator itu sekarang."
"Disini?"
"Akh.. Jangan di sini, nanti di UKS saja." ucap Beomgyu secepat mungkin menuju ke ruang UKS.
. . .
Skip . . .
Setelah vibrator itu sudah terlepas dari kewanitaannya. Jena merasa sangat legah, Ia berbaring di atas ranjang karena tubuhnya terasa lemah.
"Istirahatlah disini. Apa kau ingin makan sesuatu?"
Jena menggeleng pelan sambil memegangi tangan sahabatnya itu. "Gomawo,"
"Ya! Aku tau ini mungkin terdengar lucu tapi aku sudah menganggapmu sebagai adikku jadi kau tidak perluh berterimahkasih."
Ceklek~~
Jena dan Beomgyu saling menatap saat mendengar suara pintu yang terbuka.
SET!!
Tirai yang menutupi ranjang Jena pun terbuka kasar. Tidak ada yang lain lagi, itu Jungkook.
"Jadi kau benar-benar sakit?" tanya Jungkook sambil memencet tombol yang mengontrol vibrator itu bergetar tapi tidak ada reaksi dari Jena.
"Apa dia sudah melepasnya?" batin Jungkook sedangkan Jena dan Beomgyu tidak mau menghiraukannya.
"Kenapa kau datang kesini? Bukankah kepala sekolah mencarimu? Ada rapat osis sekarang!" sahut Beomgyu agar Jungkook pergi dari situ.
"Awas saja kau Jena. Kau berani melepas alat yang ku berikan. Tunggu dan lihat apa yang akan kulakukan padamu." batin Jungkook dengan tatapan tajam pada Jena.
"Ayo sana pergi!"
Dengan penuh amarah. Jungkook berlalu pergi sambil mengepal kedua tangannya.
. . .
Skip . . .
Pukul 18:00 malam...
Jena baru saja selesai membersihkan tubuhnya di kamar mandi. Ia keluar dan mendapati Taehyung sangat sibuk menyusun beberapa berkas materi di atas ranjangnya.
"Oppa..."
"Hm, ada apa?" Taehyung mendongak sambil menaikkan kedua alisnya.
Tanpa menjawab pertanyaan suaminya itu. Jena mendekat lalu naik ke atas ranjang.
"Kau masih sibuk?"
Taehyung merapihkan berkas-berkasnya lalu meletahkannya di atas nakas.
"Kenapa? Apa kau butuh sesuatu?"
"Tidak," Jena menggeleng pelan.
"Lalu, kenapa kau belum mengganti pakaianmu?" tanya Taehyung karena Jena hanya menggunakan handuk di tubuhnya.
"Apa aku harus bilang semuanya sekarang? Tapi aku takut sekali," ucap Jena membatin.
Taehyung pun mendekati istrinya itu dengan tatapan sayu.
"Anghh..." erang Jena saat tangan Taehyung mengelus lengannya.
"Jena-ya, kapan aku harus berhenti menunggumu siap? Aku sangat--"
Drttt... Drttt...
Ponsel Jena berdering membuat ucapan Taehyung terhenti.
"Mian," Jena bergeser menjauh dari Taehyung untuk mengangkat ponselnya. Ia makin gugup sekarang Karena itu panggilan dari Jungkook.
. . .


part16


. . .

"Siapa?"

"Akh.. Ini, ini dari Beomgyu." jawab Jena gelagapan. Dengan cepat ia turun dari ranjang lalu mengangkat panggilan itu.

"Ha-halo?"

"Datang ke rumahku sekarang."

"Apa? Ya!! Aku tidak mau!!" tegas Jena pelan agar Taehyung tidak curiga.

"Baiklah, kuberi waktu 30 menit. Jika kau tidak datang maka kau sudah tau kan? Apa yang akan terjadi."

"Ya!!"

Tut... Tut... Tut...
Panggilan itu pun berakhir. Jena benar-benar dilema sekarang. Ia ingin mengatakan semuanya pada Taehyung tapi ia takut suaminya itu akan marah dan mengakhiri hubungan mereka.

"Ada apa? Apa semuanya baik-baik saja?"

"Em, oppa..."

"Ada apa?"

"Aku ingin ke rumah Beomgyu sekarang. Apa boleh?" tanya Jena ragu.

"Tentu, tapi jangan pulang terlalu larut. Kau mengerti?"

Jena mengangguk pelan dan segera mengganti pakaiannya.

. . .

Setelah selesai bersiap. Jena pun menuju ke rumah Jungkook tapi ia tidak sendirian karena Beomgyu ikut dengannya.

. . .

Skip . . .

Kini mereka berdua sudah berada di depan rumah Jungkook. Jena sedikit takut tapi Beomgyu berusaha menenangkannya.

Tok! Tok! Tok!

Ceklek~~
Jungkook sangat terkejut saat melihat Beomgyu yang ada di sebelah Jena.

"Apa ini? Aku menyuruhmu untuk datang sendiri! Kenapa kau--"

Bhuk!
Bhuk!
Pukulan keras mendarat ke wajah Jungkook.

"Brengsek!! Jena bukan budakmu!! Apa kau tidak bisa menyewah jalang hah? Ya!! Kau benar-benar sudah keterlaluan!!" bentak Beomgyu, ingin kembali memukuli Jungkook tapi Jena menahannya.

"Jangan gyu.... Hentikan."

Jungkook mengepal kedua tangannya karena kesal. Amarahnya meledak-ledak sekarang.

"Jangan coba-coba mencampuri urusanku!! Apa kau ingin tiada? Hah!?" bentaknya sambil meremas krak baju milik Beomgyu. Di dorongnya pria itu dengan kasar lalu di tariknya Jena masuk ke dalam rumahnya.

BRAK!!

"JENA!!" teriak Beomgyu berusaha membuka pintu tersebut.

. . .

Jungkook terus menyeret Jena dengan kasar lalu menghempasnya ke atas sofa.

"Kau ingin main-main denganku Jena? Kau pikir aku takut pada sahabatmu itu hah!!" Jungkook kembali menarik gadis itu lalu menyandarkannya ke tembok sambil mengunci pergerakannya.

"Hiks... Aku.. Aku.."

"Malam ini kau benar-benar sudah membuatku marah. Ingat ini baik-baik. Besok datanglah pagi-pagi sekali ke sekolah, jika kau masih membawah pria itu bersamamu maka aku akan menghabisinya." ancam Jungkook dengan tatapan tajamnya.

Tubuh Jena gemetar dan nafasnya juga memburuh karena takut.

"Kau ingin apa sebenarnya? Kenapa kau lakukan ini padaku!! Apa salahku!!" ucapnya penuh penegasan.

"Salahmu? Aku sudah pernah bilang kan, aku tidak tertarik dengan dunia percintaanmu. Tapi kau terus memaksa, jadi terimah saja akibat dari sikapmu itu sendiri!!"

"Hiks..."

"Aku akan menghukummu lebih kejam dari yang pernah kulakukan." ucap Jungkook membatin. Ia kembali menarik Jena menuju ke pintu utama.

Brakk!!

"Sana pergi!! Dan ingat perkataanku tadi, jika kau berani melanggar maka bersiaplah menanggung akibatnya." tegas Jungkook sambil menutup pintu rumahnya.

"Jena-ya, kau baik-baik saja? Apa kau terluka?" tanya Beomgyu tapi Jena terus saja menangis.

"Hikss... Gyu, aku takut..." isaknya sambil memeluk pria itu.

"Apa yang dia katakan padamu?"

"Ti-tidak ada, aku mau pulang sekarang." Jena mengusap air matanya. Ia tidak berani mengatakan apapun pada sahabatnya itu.

"Jena-ya, sampai kapan kau akan terus membohongi suamimu? Kau harus mengatakan semuanya sekarang, atau--"

"Aku mau pulang gyu, aku mau pulang sekarang." ucap Jena tanpa mau mendengarkan saran dari pria itu.

Beomgyu pun menuruti permintaan Jena dan kembali mengantarnya pulang.

. . .

Skip . . .
Pukul 05:00 pagi...

Sesuai perintah Jungkook semalam. Jena pergi ke sekolah pagi-pagi sekali. Ia membohongi Taehyung dengan mengatakan hari ini jadwal ujiannya padat sekali jadi ujian di laksanakan dari pukul 5 pagi.

. . .

Kini, Jena sudah berada di depan gerbang sekolah. Perasaannya benar-benar takut tapi ia tetap memberanikan diri untuk masuk ke dalam.

Di sisi lain, Jungkook juga sudah berada di sekolah itu tepatnya di ruang UKS. Ia berbaring di atas ranjang sambil tersenyum. Kedua tangannya asik memainkan sebuah rantai yang entah mau dia apakan rantai itu.

"Aku akan membuatmu jerah dan mungkin kau akan takut melakukan hubungan dengan suamimu ataupun dengan orang lain." ucap Jungkook dengan senyum smirknya.

Dulu, saat Jungkook duduk di bangku SMP. Dia anak yang sangat nakal hingga terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Dia juga pernah melecehkan teman sekelasnya bahkan sampai gadis itu meninggal dunia. Tidak ada yang tau semua kejadian itu, makanya Jungkook tidak di kenakan hukuman apapun.

Kini targetnya adalah Jena. Jungkook sengaja membuat Jena yang menggodanya lebih dulu karena dengan begitu, semua kesalahan utamanya ada pada Jena. Sikap dinginnya itu hanya sandiwara belaka tapi Jungkook memang anak yang pintar bahkan sangat pintar di sekolah itu makanya dia di pilih sebagai ketua osis di situ.

. . .



❮ sebelumnya
selanjutnya ❯
ArtikelinfoduniaCeritaCerita FiksiCerbungCerpenFunfictionKPOPff
+
<<
login/register to comment
×
  • ic_write_new.png expos
  • ic_share.png rexpos
  • ic_order.png urutan
  • sound.png malsa
  • view_list1.png list
  • ic_mode_light.png light
× rexpos
    ic_posgar2.png tg.png wa.png link.png
  • url:
× urutan
ic_write_new.png ic_share.png ic_order.png sound.png view_masonry.png ic_mode_light.png ic_other.png
+